Kamis, 01 Desember 2016

Kuta Raja ~ Sekitar 18 tahun yang lalu, di benua Rusia terdengar sekelompok pemuda sedang gigih berjuang melawan rezim yang dictator. Yang dictator itu, Sebut saja Slobodan Milosevic, pemegang kekuasaan di daerah tersebut pada saat itu. Perjuangan pemuda yang menamakan diri dengan “Otpor”, hanya dalam kurun waktu 2 tahun (1998-2000), perjuangan mereka membuahkan hasil. Bukan hanya berhasil menggulingkan pemimpin yang dictator, namun mereka juga berhasil mengambil kepercaan rakyat Yugoslavia dalam sebuah pemilihan yang berlangsung di sana pada saat itu. Alhasil, Vojislav Koštunica mengambil sumpah sebagai pemimpin baru bagi rakyat Yugoslavia, pada 7 Oktober 2000.

Pada era yang sama, di republic ini juga diguncangkan dengan pergerakan yang sama, para pemuda dari berbagai suku dan kepercayaan, berhamburan kejalan menuntut keadilan dan hak rakyat yang dianggap telah diselewengkan. Alhasil, Suharto president republic ini pada saat itu terpaksa melepaskan jabatannya. Iklim politik di Negara ini berubah drastic, yang tadinya legalitas dinegosiasi di atas meja orang berdasi, beralih kepada negosiasi di tengah masyarakat.

Kisah lain yang paling dekat dengan kita. pada tahun 1976, seorang pemuda gagah dan visioner yang bernama Tgk. Hasan Muahammad di Tiro, mendeklrasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dari hasil diplomasi yang dilakoninya, gerakan ini menjadi buah bibir negara-negara besar di dunia. Cucu dari Tgk. Syik di Tiro ini (pahlawan nasional) telah berhasil membuat goresan sejarah baru bagi peradaban bangsa Aceh.

Seiring waktu yang bergulir, kekhawatiran pemuka republic terhadap kiprahnya dikancah international semakin tinggi, beliaupun dicegal untuk pulang ke tanah indatu, angkatan bersenjatapun dikerahkan secara besar-besaran. Penekanan-penekanan terhadap GAM pun terus digencarkan hingga ke pelosok negeri, kondisi Aceh terlihat begitu mencekam selama 30 tahun.

Di balik gercarnya tekananan Angkata Bersenjata Republik, seorang panglima yang tangguh bernama Tgk. Abdullah Syafi’i, berhasil merapatkan barisan perjuangan. Semangat para pejuang tidak pernah terdengar kendur, demi marwah bangsa, tidak terhitung lagi seberapa banyak harta benda dan nyawa yang terkorbankan. Hingga akhirnya, Tgk. Abdullah Syafi’I sendiri menghembuskan nafasnya yang terakhir di dalam shaf perang.

Beliau pergi dengan meninggalkan semangat yang tinggi bagi pejuang-pejuang lainnya, kedua belah pihak terus melakukan serang menyerang. Seorang pemuda yang gagah dari Seunuddon, yang bernama Muzakir Manaf (sapaan akrab Mualem) menggantikan posisi Tgk. Abdullah Syafi’i. dibawah kendalinya, para pasukan perang melakukan aktivitas gerilya sama halnya seperti masa panglima yang dahulu.

Di bawah kepimpinan Mualem perang terus berlanjut hingga tsunami, dan kemudian diakhiri dengan penanda tanganan perdamaian di antara kedua belah pihak. Harus diakui yang berperang itu adalah pemberani, baik pihak TNI/Polri maupun di pihak GAM, tidak ada yang kalah dari perperangan ini, tujuan manusia tidak dapat melangkahi kehendak yang Maha Kuasa. Hikmah dari peperangan tersebut adalah kemenangan bagi kita yang hidup di nusantara ini.

Mualem bersama pasukannya meninggalkan seluruh atrbut perang, tugah pasukan berubah menjadi pengawal butir-butir perdamaian. Butir-butir itupun kemudian kemudian diperjuangkan melalui parta yang bernama Partai Aceh. Dan Mualem sendiri masih menjadi panglima di parta warna merah tersebut.

Dalam beroganisasi, tidak dapat disangkal lagi, kalau Mualem telah tertepah dengan berbagai situasi extreme, dalam situasi yang demikian, secara tidak langsung, rakyat telah melihat kemampuan seorang panglima. Berbagai isu miring terpaksa diciptakan untuk melengserkan nilai popularitasnya, namun sayang, sang panglima tidak terkoyahkan. Dalam logika yang sederhana, isu-isu yang dilontarkan terhadnya, masih tergolong dengan isu murahan.

Dalam persepektif agama, hanya kebenaran yang akan bertahan, sedangkan spekulasi-spekulasi yang tidak dapat disungguhkan dalilnya, akan sirna seiring berjalannya waktu. Singkat kata, berdasar realita yang kita lihat pada hari ini, dukungan untuk seorang panglima memimpin Aceh terus berdatangan, termasuk dari kalangan pemuda, artinya, keduanya H. Muzakir Manaf dan TA Khalid, tidak hanya sekedar menjadi harapan rakyat, akan tetapi di wajah kedua masih terpancar semangat muda dan energik.

Dengan semangat itu juga, perwujudan perubahan diberbagai belahan dunia telah membuktikan kepada kita. Spirit muda itu, telah mampu membantah para intelektual tua yang hanya bekerja pada level tiori. Tidak tertutup kemungkinan, jatuhnya Slobodan Milosevic dan Suharto disebabkan menumpuknya tiori para intelektual tanpa dibarengi dengan implimentasi.

Kemunculan Rakan Mualem juga ada semangat gerakan pemuda yang masih tersimpan di darah pemuda Aceh, semangat ini untuk memperjuangan apa yang sudah di perjuangkan oleh para terdahulu. kedepan Rakan Mualem bisa menjadi patron politik Kaum Muda Aceh yang mampu mendidik kaum muda di segala bidang termasuk bidang politik.

Agaknya kita bisa belajar banyak dari seorang Tgk. Hasan Muahammad di Tiro, seorang pemuda yang visioner sekaligus intelektual, yang selama hidupnya selalu mebarengi antara praktek dan tiori. Keputusan medeklarasikan GAM, telah membangunkan rakyat Aceh dari lamunan sejarah keemasan yang panjang. Pendeklarasikan itu juga telah menjadi guru bagi kaum muda untuk bangkit dan bergelut dalam proses perubahan. Isya Allah ditangan orang-orang yang memiliki semangat muda, kejayaan Aceh akan terukir kembali. (MBB)

0 komentar:

Posting Komentar

Categories

Unordered List

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget